Minggu, Juni 26, 2011

Rejeki

daftar rejeki kita:
1. Iman
2. Kesehatan
3. Hati yang bening
4. Pikiran yang jernih
...5. Keluarga yang membaikkan
....
....
Sering kita melupan rejeki-rejeki itu.....

Rabu, Juni 15, 2011

Sejarah Pendakian Gunung dan Panjat Tebing

Sejarah Pendakian Gunung dan Panjat Tebing di Indonesia 1492
Sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Tak jelas benar tujuan mereka, tetapi yang jelas, sampai beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Jadi mereka memanjat karena dipaksa oleh mata pencaharian, kurang lebih mirip para pengunduh sarang burung walet gua di tebing-tebing Kalimantan Timur atau Karang Bolong, Jawa Tengah.

1623
Yan Carstensz adalah orang Eropa pertama yang melihat “….. pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju !” di pedalaman Irian. Salju itu sangat dekat ke khatulistiwa. Laporannya tak dipercaya di Eropa, padahal belum lama berselang diberitakan ada juga salju di Pegunungan Andes dekat khatulistiwa.

1624
Masih berkaitan dengan pekerjaan juga, pastor-pastor Jesuit merupakan orang-orang Eropa pertama yang melintasi Pegunungan Himalaya, tepatnya Mana Pass (pass = pelana/punggungan yang terentang antara dua puncak), dan Garhwal di India ke kawasan Tibet.

1760
Profesor de Saussure agaknya begitu jatuh cinta pada Mont Blanc di perbatasan Perancis-Italia, sehingga dia menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat menemukan lintasan ke puncaknya, untuk penyelidikan ilmiah yang diimpikannya. Sayang tak ada yang tertarik, terutama karena keder terhadap naga-naga yang konon mbaurekso di puncak gunung tertinggi di Eropa Barat itu.

1786
Setelah beberapa percobaan gagal, Puncak Mont Blanc (4807 m) digapai manusia. Mereka adalah Dr.Michel-Gabriel Paccard dan seorang pandu gunung, Jacques Balmat. Puncak tertinggi di Alpen yang didaki sebelumnya adalah Lysjoch (4153 m), tahun 1778.

1830
Alexander Gardiner melintasi Pelana Karakoram dari Sinkiang di Cina ke wilayah Kashmir di India.

1852
Ahli-ahli ukur tanah di India berhasil menentukan ketinggian Puncak XV, 8840 meter. Berarti puncak tertinggi di dunia, mengalahkan Puncak VIII (Kangchenjunga, 8598 m) yang sebelumnya dianggap paling tinggi. Puncak XV itu lalu diberi nama Everest (padahal aslinya orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma kata orang Tibet). Belakangan ketinggiannya dikoreksi, 8888 meter, lalu dikoreksi lagi menjadi 8848 meter, sampai sekarang.

1854
Batu pertama Zaman Keemasan dunia pendakian di Alpen, diletakkan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke Puncak Wetterhom (3708 m), cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga.

1857
Alpine Club yang pertama berdiri, di Inggris.

1858
Ketinggian K2 (singkatan Karakoram nomer 2) terukur, 8610 meter, menggeser lagi kedudukan Kangchenjunga menjadi juara tiga.

1865
Dinding selatan Mont Blanc dipanjat untuk pertama kali lewat lintasan Old Brenva, menandai lahirnya panjat es (ice climbing). Sementara itu di Alpen bagian tengah, Edward Whymper dan enam rekannya berhasil menggapai Puncak Matterhorn (4474 m)di Swiss. Tetapi 4 anggota tim, yang saling terikat dalam satu tali, tewas dalam perjalanan turun, ketika salah seorang terpeleset jatuh dan menyeret yang lain. Musibah ini mengakhiri 11 tahun Zaman Keemasan. Tak urung lebih dari 180 puncak besar telah didaki dalam masa itu, sedikitnya satu kali, dan lebih dari setengahnya oleh orang-orang Inggris.

1874
WA Coolidge mendaki Puncak Jungfrau dan Wetterhorn di musim dingin, sehingga digelari Bapak Winter Climbing. Pada tahun 1870-an ini muncul trend baru, pendakian tanpa pemandu, yang segera menjadi ukuran kebanggaan di antara pendaki.

1878
Regu yang dipimpin Clinton Dent berhasil memanjat Aiguille du Dru di Perancis, memicu trend baru lagi, yaitu pemanjatan tebing-tebing yang tak seberapa tinggi namun curam dan sulit.

1883
WW Graham menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Pegunungan Himalaya dengan tujuan mendaki gunung sebagai olahraga dan petualangan. Dia mendaki beberapa puncak rendah di kawasan Nanda Devi dan Sikkim India, bahkan konon berhasil mencapai Puncak Changabang (6864 m).

1895
Percobaan pertama mendaki gunung berketinggian di atas 8000 meter, Nanga Parbat (8125 m), oleh AF Mummery. Orang Inggris yang sering disebut Bapak Pendakian Gunung Modern ini hilang pada ketinggian sekitar 6000 meter.

1899
Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan Carstensz, yang dibuat hampir 3 abad sebelumnya. Maka namanya diabadikan di situ.

1902
Percobaan pertama mendaki K2, oleh ekspedisi dari Inggris.

1907
Ekspedisi di bawah Tom Longstaff mendaki Trisul (7120 m), puncak 7000-an yang pertama. Longstaff adalah orang pertama yang mencoba penggunaan tabung oksigen dalam pendakian.

1909
Ekspedisi Persatuan Ahli Burung dari Inggris (BPUE) memasuki rawa-rawa sebelah selatan kawasan Carstensz. Dalam 16 bulan mereka kehilangan 16 orang anggota mati dan 120 sakit.

1910
Karabiner buat pertama kali dipakai dalam pendakian gunung, diperkenalkan oleh pemanjat-pemanjat dari Munich, Jerman Barat, diilhami oleh penggunaannya dalam pasukan pemadam kebakaran.

1912
Eks anggota ekspedisi BPUE 1090, Dr.AFR Wallaston, kembali ke Irian bersama C.Bodden Kloss, dengan 224 kuli pengangkut barang dan serdadu. Tiga jiwa melayang.

1921
George L.Mallory dkk. berhasil sampai di North Col Everest dalam perjalanan penjajagan mereka dari sisi Tibet.

1922
Usaha pertama mendaki Everest berakhir pada ketinggian 8320 meter di punggungan timur laut.

1924
Mallory dan Irvine yang kembali mencoba Everest, hilang pada ketinggian sekitar 8400 meter. Rekannya, Edward Norton, mencapai 8570 meter, rekor waktu itu, sendirian dan tanpa bantuan tabung oksigen.

1931
Schmid bersaudara mencapai Puncak Matterhorn lewat dinding utara, sekaligus melahirkan demam North Wall Climbing. Peningkatan taraf hidup di Inggris dan Eropa daratan pada umumnya, menimbulkan perubahan pola penduduk kota melewatkan waktu luangnya, menyebabkan populernya panjat tebing.

1932
Grivel memperkenalkan cakar es (crampoon) model 12 gigi, yang karena efektifnya tetap disukai hingga kini.

1933
Comici dari Italia memanjat overhang dinding utara Cima Grande Lavredo di kawasan Dolomite, Alpen Timur, menandai aid climbing yang pertama. Sekitar tahun ini pula sol sepatu Vibram ditermukan oleh Vitale Bramini.

1936
Dr.A.H.Colijn, manajer umum perusahaan minyak Belanda dekat Sorong, dan geolog DrJ.J.Dozy, menemukan bijih tembaga di kawasan dinding timur Gletser Moriane, tak jauh dari kawasan Carstensz, Irian.

1937
Bill Murray mengubah tongkat pendaki yang panjang menjadi kapak es, menandai lahirnya panjat es modern.

1938
Dinding utara Eiger di Swiss akhirnya berhasil dipanjat, oleh tim gabungan Jerman Barat dan Austria, yang oleh Hitler diiming-imingi dengan medali emas olympiade. Dinding maut ini sebelumnya telah menelan cukup banyak korban, dan berlanjut hingga kini. .

1941
Ekspedisi Archbold ‘menemukan’ Lembah Baliem, kantung suku Dani dengan tingkat kebudayaan yang amat tinggi, di tengah belantara yang seolah tak berbatas dan tak tertembus. Irian kian jadi perhatian ilmuwan-ilmuwan dunia.

1949
Nepal membuka perbatasannya bagi orang luar.

1950
Tibet dicaplok Cina. Pendakian Himalaya dari sisi ini tak diperkenankan lagi. Maurice Herzog memimpin ekspedisi Perancis mendaki Annapurna (8091m), puncak 8000-an yang pertama, menandai awal 20 tahun Zaman Keemasan pendakian di Himalaya. Di Alpen, tali nilon mulai dipergunakan. Sebelumnya, tali serat tumbuhan hampir tak memiliki kelenturan, sehingga ada ‘hukum’ bahwa seorang leader tak boleh jatuh, sebab hampir pasti pinggangnya patah tersentak. Pakaian bulu angsa mulai membuat malam-malam di bivouac lebih nyaman.

1951
Don Whillan menemukan pasangannya, Joe Brown, duet pemanjat terkuat yang pemah dimiliki Inggris. Panjat bebas (free climbing) gaya Inggris menjadi tolok ukur dunia panjat tebing. Walter Bonatti dkk. menyelesaikan dinding timur Grand Capucin, awal aid climbing pada tebing yang masuk kategori big wall.
Bermula di Inggris, terjadi Revolusi Padas. Tebing batu gamping ternyata tak serapuh yang selama itu disangka. Tebing-tebing granit dan batuan beku lainnya mendapat saingan.

1952
Herman Buhl solo di dinding timur laut Piz Badile di Swiss, dalam waktu 4 1/2 jam. Inilah nenek moyang speed climbing. Rekor waktu pada rute tersebut, yang dibuat tahun 1937, 52 jam !

1953
Herman Buhl dkk. menggapai Puncak Nanga Parbat (8125 m), puncak 8000-an kedua yang didaki orang. Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris, menjadi manusia-manusia pertama yang berdiri di puncak atap dunia, Everest.

1954
Ekspedisi Inggris sukses di Kangchenjunga, ekspedisi Perancis sukses di Makalu (8463 m). Di Alpen, Don Whillan dan Joe Brown mencatat dinding Barat Aiguille du Dru dalam 2 hari, rekor lagi.

1955
Walter Bonatti solo pilar barat daya du Dru 6 hari.

1956
Ekspedisi Jepang berhasil mendaki Manaslu (8163 m). Jepang segera menjadi salah satu negara besar dalam dunia pendakian di Himalaya.

1957
Herman Buhl dan tim Austria mencapai Puncak Broad Peak (8047 m), sekaligus mematok pendakian pertama gunung 8000-an dengan alpine tactic.

1958
Lapangan terbang perintis dibuka pada beberapa lokasi di Irian, membangkitkan semangat para pendaki gunung untuk menjajal Carstensz, sang perawan salju di khatulistiwa.

1960
Claudio Barbier dari Belgia solo ketiga dinding utara di Tre Cima Laverdo dalam 1 hari. Pertama kali speed climbing menggunakan teknik gabungan free dan aid climbing.
Helm mulai sering digunakan para pemanjat tebing.
Harness menjadi wajib, menyusul kematian seorang pemanjat Inggris di Dolomite. Harness pertama yang diproduksi massal dan dijual untuk umum terbuat dari webbing, merek Tankey.
Tebing 48 Citatah mulai digunakan sebagai ajang latihan bagi pasukan Angkatan Darat kita.

1961
Ekspedisi dari Selandia Baru coba mendaki Carstensz Pyramide tapi mengalami kegagalan sebab keterlambatan dukungan logistik lewat jembatan udara.

1962
Puncak Cerstensz Pyramide akhirnya berhasil digapai oteh tim Heinrich Heiner. Juga Puncak Eidenburg didekatnya, oleh ekspedisi yang dipimpin oleh Phillip Temple.
Awal pemakaian baut tebing di Alpen; Tebing pantai mulai diminati. Pemanjat Amerika Serikat mulai bicara di Alpen, diawali Hemmings dan Robbins yang menciptakan lintasan super sulit di dinding barat du Dru.

1963
Tim gabungan Inggris-AS memanjat dinding selatan Aiguille du Fou, hardest technical climbing di Alpen waktu ilu, dengan teknik-teknik aid climbing gaya AS. Kode etik dalam panjat tebing mulai banyak diperdebatkan di rumah-rumah minum. Pemanjatan solo pertama Eiger Nordwand, oleh Michel Darbellay, dalam satu hari.
Bonatti dan Zapelli menyantap mix climbing (ice dan rock) tersulit di Alpen, dinding utara Grand Pilier d’Angle di Mont Blanc. Seorang ahli gletser yang baru kembali dari Antartika berusaha mendaratkan pesawat terbangnya di di Puncak Jaya, dekat Carstensz. Untung angin kencang mengurungkan niatnya, sebab salju tebal di sana terlalu lunak sebagai landas pacu. Tapi buntutnya, dua pesawat DC 3 kandas di lereng utara dan selatannya, pada ketinggian sekitar 4300 meter.

1964
Ekspedisi Cina berhasil mendaki Shisha Pangma (8046 m)di Tibet, satu-satunya puncak 8000-an yang terletak diluar Nepal dan Pakistan (Karakoram). Beberapa pendaki Jepang serta 3 orang ABRI, Fred Athaboe, Sudarto dan Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil mencapai Puncak Carstensz (4884 m) di Irian. Dua perkumpulan pendaki gunung tertua lahir, Mapala Ul di Jakarta dan Wanadri di Bandung. Tahun ini dianggap awal sejarah pendakian gunung di Indonesia.

1965
Seratus tahun pendakian pertama Matterhorn diperingati dengan peliputan pendakian Hornli dkk. Oleh BBC/TV sampai ke puncak. Untuk pertama kalinya pendakian gunung maupun panjat tebing menjadi olahraga yang juga dapat ‘ditonton’ orang banyak.
Robbins dan John Harlin dri AS bikin lintasan lurus di dinding barat du Dru, mendemonstrasikan keunggulan pemanjat AS dalam pemanjatan panjang dan berat. Pemerintah Nepal menutup pendakian Himalaya di wilayahnya.

1967
Revolusi bagi para pemanjat es. Chouinnard memperkenalkan kapak es berujung lengkung, dan McInnes menawarkan jenis Terodactyl. Lahirnya sekrup es berbentuk pipa meningkatkan standar pemanjatan ice climbing.
Penggunaan tali kernmantle dipelopori oleh Inggris.

1968
Nafas segar bagi para pendaki, sejumlah lapangan terbang milik misi Katolik dibuka (Ji Irian. Tapi dasar sial, hampir bersamaan dengan itu Pemerintah Rl tidak lagi mengeluarkan izin pendakian di kawasan Carstensz.

1969
Reinhold Messner keluar dari pertapaannya di tebing-tebing Alpen Timur, meluruk ke barat, menyikat dinding es raksasa tes Drotes dalam waktu 81/2 jam solo, membuyarkan rekor sebelumnya, 3 hari.
Pemanjat-pemanjat Jepang mulai membanjiri pasaran di Alpen, antara lain bikin lintasan baru di Eiger.
Sensus yang dilakukan British Mountaineering Club (BMC) mengatakan, ada 45.000 pemanjat dan 500.000 walkers, di Inggris saja.
Nomer perdana majalah ‘Mountain’ beredar, menjadi media pendaki gunung dan pemanjat tebing pertama yang beredar luas dalam bahasa Inggris, sehingga banyak mempengaruhi perkembangan lewat perdebatan dan opini.
Pemerintah Nepal membuka kembali wilayahnya bagi pendakian Himalaya, dengan beberapa peraturan baru dan membatasi pendakian pada puncak-puncak yang terdaftar dalam permitted peaks saja. Agen-agen trekking komersial tumbuh dan berjibun seperti kutu yak, menggelitik kelompok-kelompok kecil dari luar ‘main-main’ di Himalaya dengan mudah dan murah.
Soe Hok Gie dan ldhan Lubis gugur di Gunung Semeru, terkena gas beracun.

1970
Dinding Selatan Annapurna dirambah tim Inggris, menggunting pita pembukaan era pendakian jalur-jalur sulit di gunung-gunung besar. Tingkat kesulitan lintasan menjadi lebih penting dari pada sekedar mencapai puncak. Ini tak lepas dari kian canggihnya perlengkapan panjat es, kecepatan pemanjatan meningkat drastis.
Di Alpen artificial climbing tambah populer dan kaya teknik. Kurang lebih tahun ini pula lahir cabang panjat dinding. Tebing buatan yang pertama dikenal orang kemungkinan besar didirikan di Universitas Leeds,Inggris. Perancangnya Don Robinson, yang kemudian juga merancang dinding panjat di Acker’s Trust, Birmingham, dinding panjat pertama yang diklaim mampu menampung segala pegangan, pljakan dan gerakan panjat tebing, sekaligus menawarkan bentuk sculpture yang artistik.
Sejalan dengan itu, bentuk-bentuk latihan terpisah dalam panjat tebing mulai menggema. Salah seorang pelopornya ialah Pete Livesey, pemanjat yang juga pecinta speleologi dan olahraga kano, serta punya dasar di atletik sebagai pelari. Pete tahu benar pentingnya latihan spesifik bagi jenis-jenis olahraga tersebut. Dan dia mencoba menerapkan prinsip yang sama pada panjat tebing. Pelan tapi pasti, panjat tebing mulai dipandang lebih sebagai kegiatan atletis, ketimbang sekedar ‘hura-hura di tebing’. Tak lagi memadai semboyan ‘best training for climber is climbing’, apalagi hanya dengan memupuk kejantanan lewat gelas-gelas bir, seperti yang selama & dianut.

1971
Kawasan Carstensz kembali dibuka untuk pendakian, segera diserbu oleh ekspedisi-ekspedisi dari Australia, Jerman, AS, bahkan Hongkong. Tahun ini pula Mapala UI berhasil mencapai Puncak Jaya, antara lain oleh Herman O. Lantang dan Rudy Badil, orang-orang sipil Indonesia pertama.

1972
Untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam Olympiade Munich.

1974
Pasangan Reinhold Messner dan Peter Habeler mendaki Hidden Peak (8068 m) di Karakoram, 3 hari dengan Alpine push, kemudian memecahkan rekor kecepatan Eiger, 10 jam.

1975
Ekspedisi dari Jepang menjadi tim wanita pertama yang menjejakkan Puncak Everest. Sementara itu Cina mengirimkan tim pertamanya, dari punggungan timur laut. Perlengkapan panjat es kian lengkap, lalu ramalan cuaca kian akurat dengan intervensi komputer. Akibatnya, seolah tak ada lagi pelosok Alpen yang terpencil.
Namun, bercak-bercak kapur magnesium mulai terasa merisihkan tebing-tebing di Inggris dan Eropa daratan, kebanyakan dituduhkan sebagai ulah pemanjat-pemanjat ‘hijau’, yang mengobral magnesium pada lintasan-lintasan yang seharusnya bisa dilampaui tanpa bubuk itu.

1976
Harry Suliztiarto tak sanggup lagi menahan obsesinya, dengan tali nilon dia mulai latihan panjat memanjat di Citatah, dan dibelay oleh pembantu rumahnya. Patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.

1977
Skygers Amateur Rock Climbing Group didirikan di Bandung oleh Harry Suliztiaito, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, Deddy Hikmat. Inilah awal tersebarnya kegiatan panjat tebing di Indonesia.
Ekspedisi Selandia Baru coba mendaki Everest tanpa bantuan sherpa. Mereka cuma sampai South Col, tapi mereka mereka seolah memukul gong yang gaungnya merantak ke mana-mana, ‘ekspedisi berdikari’. Yang pro mengganggapnya sebagai kejujuran yang wajib, yang kontra melecehkannya sebagai kesia-siaan yang konyol. Perdebatan tak selesai hingga kini.

1978
Messner & Habeler menggegerkan dunia kangouw Himalaya dengan pendakian Everest tanpa bantuan tabung oksigen. Tambah geger ketika Messner bersolo karier di Nanga PQrtied dalam waktu 12 hari. Pendakian solo ini oleh banyak pakar dianggap lebih penting daripada pendakian tanpa oksigennya.
Pemerintah Nepal menambahkan beberapa permitted peaks.

1979
Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium, Taman Ismail Marzuki.

1980
Tebing Parang untuk pertama kalinya oleh tim ITB, di bawah pimpinan Harry Sulisztiarto. Wanadri untuk pertamakalinya menyelenggarakan ekspedisi ke Carstensz di Pegunungan Jayawijaya. Skygers menyelenggarakan sekolah panjat tebing untuk pertama kalinya. Sampai kini belum ada lagi kelompok yang membuat pendidikan panjat tebing untuk umum seperti ini.

Pemerintah Nepal membuka kesempatan pendakian musim dingin, di samping musim semi dan musim gugur. Kian banyak kaki meratakan jalan-jalan setapak dipelbagai pelosok Himalaya, kikan tinggi sampah menumpuk di sana-sini. Sebagai gantinya, konon mata uang asing makin deras mengalir ke sana. Tapi siapa yang tambah kaya?
1981
Dua ekspedisi Indonesia sekaligus di dinding Selatan Carstensz, Mapala Ul dan ITB. Salah seorang anggota tim Mapala Ul, Hartono Basuki, gugur di sini. Jayagiri dari Bandung mengirimkan Danardana mengikuti sekolah pendaki gunung di Glenmore Lodge, Skotlandia, dilanjutkan pendakian Matterhorn di Swiss.

1982
Jayagiri kembali mengirimkan orang, Irwanto, ke sekolah pendakian di ISM, Swiss, dilanjulkan ekspedisi 4 orang ke Mont Blanc di Perancis, dan Matterhorn serta Monte Rosa di Swiss.
Ahmad dari kelompok Gideon Bandung tewas terjatuh di Tebing 48 Citatah, korban pertama panjat tebing di Indonesia.

1984
UGM (Mapagama) mengirimkan Tim Ekspedisi Gajah Mada ke Irian Jaya. Tim panjatnya berhasil mencapai puncak Carstensz Pyramide melalui jalur normal.
Tebing Lingga di Trenggalek, Jawa Timur, serta tebing pantai Uluwatu di Bali, berhasil dipanjat oleh kelompok Skygers bersama GAP (Gabungan Anak Petualang) dari Surabaya.

1985
Tebing Serelo di Lahat, Sumatra Selatan, berhasil dipanjat oleh tim yang menamakan dirinya Ekspedisi Anak Nakal. Ekspedisi Mapala Ul gagal mencapai Puncak Chulu West (6584 m) di Himalaya, Nepal. Ekspedisi Jayagiri gagal memanjat Eiger Nordwand.

1986
Kelompok gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang di selatan Toraja, Sulawesi Selatan.
Ketompok UKL (Unit Kenal Lingkungan) Univeritas Pajajaran Bandung memanjat tebing Gunung Lanang di Jawa Timur.
Pemanjat-pemanjat Jayagiri Bandung merampungkan Dinding Ponot di air terjun Sigura-gura, Sumatera Utara.
Ekspedisi Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger, berthasil, menciptakan lintasan baru. Mapala Ul mengirimkan ekspedisi ke Puncak Kilimanjaro (5895 m) di Afrika antara lain Don Hasman (Wartawan Mutiara).
Kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet, di tebing alam, dan sempat ditayangkan juga oteh TVRI.

1987
Empat Anggota Ekspedisi Aranyacala Universitas Trisakti tewas diserang Gerombolan Pengacau Irian dalam perjalanan menuju Jayawaijaya.
Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Tebing Batu Unta di Kalimantan Barat. Kelompok Trupala memanjat tebing Bukit Gajah di Jawa Tengah. Sepikul di Jawa Timur disantap Skygers.
Beberapa ekspedisi dan pendaki Indonesia dikirimkan keluar negeri. Mapala Ul ke Puncak Chimborazo (6267 m)dan Cayambe (gagal) di Pegunungan Andes, Amerika Selatan.
Ekspedisi Wanita Indonesia Mendaki Himalaya ke lmja Tse, Himalaya, hampir bersamaan dengan dua anggota Ekspedisi Jayagiri Saddle Marathon yang sedianya berambisi memanggul sepeda ke puncak namun terhadang birokrasi Nepal. Di Afrika, ekspedisi sepeda ini berhasil mencapal puncak tertingginya, Kilimanjaro (5895 m) dan Mount Kenya (5199 m, tanpa sepeda).
Ekspedisi Wanadri gagal mencapai Puncak Vasuki Parbat (6792 m) di Garhwal Himalaya, India.
Lomba panjat tebing pertama di Indonesia dilaksanakan di tebing pantai Jimbaran di Ball.

1988
Dinding panjat buat pertama kali diperkenalkan di Indonesia, dibawa oleh 4 atlet pemanjat Prancis yang diundang atas kerjasama Kantor Menpora dengan Kedubes Perancis di Jakarta. Mereka juga sempat memberikan ilmu lewat kursus singkat kepada pemanjat-pemanjat kita. Bersamaan, lahir Federasi Panjat Gunung & Tebing Indonesia, diketuai Harry Suliztiarto.
Untuk pertama kalinya disusun rangkaian kejuaraan untuk memperebutkan Piala Dunia Panjat Dinding yang direstui dan diawasi langsung oleh UIAA (badan Internasional yang membawahi federasi-federasi panjat tebing dan pendaki gunung), diawali dengan kejuaraan di Snowbird, Utah, AS.
Ekspedisi panjat tebing pertama yang dilakukan sepenuhnya oleh wanita, Ekspedisi Putri Parang Aranyacala, Tower III. Sedangkan kelompok putranya memanjat Tebing Gunung Kembar di Citeureup, Bogor.
Ekspedisi UKL Unpad Bandung di Batu Unta, Kalbar, kehilangan satu anggotanya, Yanto Martogi Sitanggang jatuh bebas. Speed climbing pertama di Indonesia dilakukan oleh Sandy & Jati, di dinding utara Parang, 3 jam. Sekaligus merupakan pemanjatan big wall pertama tanpa menggunakan alat pengaman sama sekali, keduanya hanya dihubungkan dengan tali.
Lomba panjat ‘tebing buatan’ pertama dilakukan di Bandung, mengambil dinding gardu listrik.
Ekspedisi Wanadri berhasil menempatkan 3 pendakinya di Puncak Pumori (7145 m) di Himalaya, Nepal, disusul pasangan Hendricus Mutter dan Vera dari Jayagiri mendaki Imja Tse (6189 m), tanpa bantuan sherpa.
Lalu di Alpen, Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing gagal memenuhi target waktu 2 hari pemanjatan dinding utara Eiger, mulur menjadi 5 hari. Sedangkan ekspedisi dari Pataga Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru di dinding yang sama.
Di Yosemite, AS, Sandy Febyanto dan Jati Pranoto dari Jayagiri memanjat Tebing Half Dome (gagal memecahkan retor John Bachar & Peter Croft 4,5 jam) dan Tebing El Capitan (gagal memecahkan rekor 10,5 jam).

1989
Awal tahun dunia panjat tebing Indonesia merunduk dilanda musibah, gugurnya salah satu pemanjat terbaik Indonesia, Sandy Febyanto, jatuh di Tebing Pawon, Citatah. Tapi tak lama, semangat almarhum seolah justru menyebar ke segala penjuru, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di Bumi Pertiwi ini.
Tim Panjat Tebing Yogyakrta/TPTY melakukan ekspedisi ke Dinding Utara Carstensz tetapi gagal mencapai puncak secara direct, namun jalur normal Carstensz berhasil dipanjat sebelumnya.
Kembali kawasan Citeureup dirambah anak Aranyacala, kali ini Tebing Rungking.
Arek-arek Young Pioneer dari Malang memanjat tebing Gajah Mungkur di seputaran dalam kawah Gunung Kelud. Kemudian tim Jayagiri dalam persiapannya ke Lhotse Shar di Nepal, mematok target memanjati semua pucuk-pucuk tebing sekeliling kawah Kelud tadi, tapi tak berhasil. Ekspedisi Lhotse Shar itu sendiri batal berangkat.
Tebing Uluwatu dipanjat ekspedisi putri yang kedua, dari Mahitala Unpar.
Kelompok MEGA Universitas Terumanegara melakukan Ekspedisi Marathon Panjat Tebing, beruntun di tebing-tebing Citatah, Parang, Gajah Mungkur, dan berakhir di Uluwatu, dalam waktu hampir sebulan, marathon panjat tebing pertama di Indonesia. Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala dia Bambapuang, tapi musibah menimpa sebelum puncak tergapai. Ali Irfan Batubara, fotografer tim, tewas tergelincir dari ketinggian.
Tahun ini tercatat tak kurang dari sepuluh kejuaraan panjat dinding diselenggarakan di Indonesia. Beberapa yang besar antara lain di Universitas Parahyangan Bandung, Universitas Trisakti Jakarta, ISTN Jakarta, di Markas Kopassus Grup I Serang, dua kali oleh Trupala SMA-6 (di Balai Sidang dan Ancol), lalu SMA 70 Bulungan Jakarta, kelompok KAPA FT Ul, Geologi ITB.
Mapala Ul bikin 2 ekspedisi, Mount Cook (3764 m) di Selandia Baru dan Puncak McKinley (6149 m) di Alaska. Empat anggota Wanadri mengikuti kursus pendakian gunung es di Rainier Mountaineering Institute di AS, dilanjutkan dengan bergabung dengan ekspedisi AS ke Kangchenjunga di Himalaya.
Di Alpen, Ekspedisi Wanita Alpen Indonesia berhasil pula merampungkan misinya, mendaki 5 puncak tertinggi di 5 negara Eropa, Mont Blanc (4807m, Perancis), Grand Paradiso (4601 m, Italia), Marts Rosa (4634 m, Swiss), Grossgiockner (3978 m, Austria) dan Zugsptee (2964 m, Jerman Barat).
Akhir tahun ini ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono melakukan pemanjatan solo di Tower III Tebing Parang. Artificial solo climbing pada big wall yang pertama di Indonesia.

1991
Aryati menjadi wanita Asia pertama yang berhasil menjejakkan kakinya di Puncak Annapurna IV, Himalaya, pada Ekspedisi Annapurna Putri Patria Indonesia.
Tim Srikandi Tim Panjat Tebing Yogyakarta (6 orang) membuat jalur di Bukit Tanggul, Tulung Agung, Jawa Timur.

1992
Dunia petualangan Indonesia kembali berduka karena kehilangan dua orang terbaiknya, Norman Edwin dan Didiek Syamsu, anggota Mapala UI tewas di terjang badai di Gunung Aconcagua, Argentina.
Ekspedisi Pemanjat Putri Indonesia menjejakkan kakinya di Puncak Tebing Cima Ovest, Tre Cime, Italia.
Ekspedisi Putri Khatulistiwa Tim Panjat Tebing Yogyakarta memanjat dinding utara Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan Barat.

1996
Clara Sumarwati membuat kontroversi dalam pendakiannya di Everest, puncak tertinggi di Pegunungan Himalaya pada tanggal 26 September 1996. Banyak pihak di Indonesia yang meragukan bahwa kedua kakinya telah menjejak puncak tertinggi di dunia itu. Tetapi berdasarkan data dari Adventure Stats.com pada bulan Januari 2002 nama Clara Sumarwati telah tercatat sebagai pendaki Everest ke 836.

1997

Pratu Asmujiono menyusul Clara menjejakkan kakinya di Puncak Everest pada tanggal 26 April. Menurut catatan Adventure Stats.com, ia merupakan orang yang ke 851. Asmujiono berangkat bersama tim Ekpedisi Everest Indonesia yang merupakan gabungan anggota Kopassus dan pendaki sipil lainnya.

Panjat Tebing

I. SEJARAH PANJAT TEBING
Aktivitas panjat tebing sudah dikenal masyarakat sejak lama bahkan masyarakat tradisional, mereka melakukan pemanjatan guna mencari sumber kehidupan ataupun perlindungan, khususnya didaerah pantai dan kawasan karst untuk mencari sarang burung atau sumber mata air. Tetapi mereka tidak memakai system dan prosedur yang baku seperti dalam olahraga panjat tebing sehingga faktor keamanan dan tingkat resiko yang dihadapi sangatlah tinggi.
Panjat tebing pertama kali dikenal di kawasan benua Eropa tepatnya di kawasan pegunungan Alpen sebelum perang Dunia I. Pada awal tahun 1910 dinegara Austria mulai diperkenalkan penggunaan peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang dalam kegiatan panjat tebing seperti carabiner (cincin kait) dan piton (paku tebing) yang pada saat itu masih terbuat dari besi baja. Dan berawal dari situlah para pendaki dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan peralatan dan teknik olah raga ini. Seiring waktu yang terus berjalan peralatan olah raga ini banyak mengalami inovasi, terutama pada bahan pembuatannya, uji kekuatan gaya tariknya, kepraktisan penggunaan alat serta prosedur keamanan alat yang telah distandartkan.
Di Indonesia olahraga panjat tebing sendiri telah terbentuk sejak tahun 1988 yang memiliki organisasi yang pada saat itu bernama FPGTI (Federasi Panjat Gunung Dan Panjat Tebing Indonesia) yang kemudian berganti nama dengan FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) sampai sekarang ini.

II. DEFINISI
Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45o dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.
Pada dasarnya olah raga panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan kelenturan, kekuatan / daya tahan tubuh, kecerdikan, kerja sama team serta ketrampilan dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu sendiri. Dalam menambah ketinggian dengan memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan / celah yang terdapat ditebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan efisien untuk mencapai puncak pemanjatan
Pada awalnya panjat tebing merupakan olah raga yang bersifat petualangan murni dan sedikit sekali memiliki peraturan yang jelas, seiring dengan berkembangnya olah raga itu sendiri dari waktu kewaktu telah ada bentuk dan standart baku dalam aktifitas dalam panjat tebing yang diikuti oleh penggiat panjat tebing. Banyaknya tuntutan tentang perkembangan olah raga ini memberi alternatif yang lain dari unsur petualangan itu sendiri. Dengan lebih mengedepankan unsur olah raga murni (sport)


III. SISTEM PEMANJATAN
System pemanjatan dibagi menjadi dua :

* Himalayan system
Pemanjatan system Himalayan ini adalah pemanjatan yang dilakukan dengan cara terhubungnya antara titik start (ground) dengan pitch / terminal terakhir pemanjatan, hubungan antara titik start dengan pitch adalah menggunakan tali transport, dimana tali tersebut adalah berfungsi supaya hubungan antara team pemanjat dengan team yang dibawah dapat terus berlangsung tali transport ini berfungsi juga sebagai lintasan pergantian team pemanjat juga sebagai jlur suplai peralatan ataupun yang lainnya

* Alpen system
Lain halnya dengan system diatas, jadi antara titik start dengan pitch terakhir sama sekali tidak terhubung dengan tali transpot, sehingga jalur pemanjatan adalah sebagai jalur perjalanan yang tidak akan dilewati kembali oleh team yang dibawah. Maka pemanjatan dengan system ini benar-benar harus matang perencanaanya karena semua kebutuhan yang mendukung dalam pemanjatan tersubut harus dibawa pada saat itu juga.

Dilihat dari bentuk penggunaan peralatan panjat tebing terbagi menjadi 2 kelompok besar :
* Artificial climbing :
Merupakan pemanjatan yang mana didalam pergerakannya sepenuhnya didukung oleh alat dan pemanjat tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan alat tersebut. Peralatan selain sebagai pengaman juga sebagai tumpuan untuk menambah ketinggian dalam melakukan pemanjatan tersebut. Perlu diingat bahwasannya untuk dapat bergerak cepat dan aman dalam melakukan pemanjatan bukan disebabkan karena adanya peralatan yang super modern melainkan lebih diutamakan pada penggunaan teknik yang baik.
* Free climbing :
Adalah pemenajatn yang mengunakan alat hanya semata-mata untuk menambah ketinggian dan alat berfungsi sebagai pengaman saja tetapi tidak mempengaruhi gerak dari pemanjat. Walaupun dalam pemanjatan tipe ini pemanjat diamankan oleh seorang belayer namun pengaman yang baik adalah diri sendiri.
Sednangkan untuk pengembangan dari jenis pemanjatan free climbing itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu :
- Top rope : pemanjatan dimana tali pemanjatan sudah terpasang sebelumnya
- Solo : pemanjatan yang dilakukan seorang diri dengan merangkap fungsi sebagai Leade, Cleaner dan Belayer.
Sedangkan solo sendiri juga dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Solo artificial climbing
b. Solo free climbing

IV. TEKNIK DASAR PANJAT TEBING
Seorang pemanjat harus bisa memahami tebing yang akan dipanjat, bagaimana kontur tebing tersebut, apa saja peralatan yang nantinya akan dipergunakan, dan kalau bisa tahu secara detail bagaimana bentuk pegangan dan celah-celah yang ada pada tebing tersebut yang paling utama pemanjat harus bisa menentukan jalur pemanjatan, cara pemasangan dan penggunaan peralatan yang benar, hal itu akan menjadi safety standart prosedur dalam pemanjatan sehingga menjadi support tambahan bagi kesuksesan dalam melakukan pemanjatan.
Teknik pemanjatan dikelompokkan sesuai bagian dengan tebing yang dimanfaatkan untuk memperoleh gaya tumpuan dan pegangan, yaitu :
a. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan
b. Friction / Slab Climbing
Teknik ini hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu
c. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang digunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak

Dengan cara demikian dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut ;
a. Jamming
Teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu lebar. Jari-jari tangan, kaki atau tangan dapat dimasukkan / diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak
b. Chimneying
Teknik memanjat celah vertical yang cukup besar. Badan masuk diantara celah dan punggung menempel disalah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke sisi tebing belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula dan membantu mendorong serta membantu menahan berat badan.
c. Bridging
Teknik memanjat pada celah vertikal yang lebih besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang kaki sebagai tumpuan dibantu juga tangan sebagai penjaga keseimbangan.
d. Lay back
Teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menempatkan kedua kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik silih berganti.
e. Hand traverse
Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat vertukal sudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih rata.
f. Mantelself
Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi namun cukup besar untuk diandalkan untuk tempat brdiri selanjutnya. Kedua tangan dgunakan untuk menarik berat badan dibantu dengan pergerakan kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan berubah dari menarik menjadi menekan untuk mengngkat berat badan yang dibantu dengan dorongan kaki.
Sebagaimana panjat tebing ialah memanfaatkan cacat batuan untuk menambah ketinggian sehingga seorang pemanjat dituntut berani, teliti dan terampil juga dalam kemampuan berfikir yang tepat dalam bertindak dengan keadaan yang terbatas untuk membuat keputusan menyiasati dan memecahkan permasalahan yang dihadapi secara tepat, cepat dan aman.

V. PROSEDUR PEMANJATAN
Tahapan-tahapan dalam pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-langkh sebagai berikut :
a. mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dicapai.
b. Menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan
c. Untuk Leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas dari Leader sendiri adalah membuat lintasan yang akan dilaluinya dan pemanjat berikutnya.
d. Untuk Belayer, memasang ancor dan merapikan alat-alat. Tugasnya adalah membantu Leader baik dengan aba-aba maupun dengan tali yang dipakai Leader, Belayer juga bertugas mengamankan Belayer dari resiko jatuh atau yang lainnya, dengan langkah awal yaitu meneliti penganman yang dipakai Leader.
e. Bila belayer dan Leader telah siap melakukan pemanjatan, segera memberi aba-aba pemanjatan
f. Bila Leader sampai ketinggian 1 pitch (tali habis) ian harus memasang ancor.
g. Leader yang sudah memasang ancor diatas, selanjutnya berfungsi sebagai Belayer untuk mengamankan pemenjat berikutnya.

VI. PERALATAN PANJAT TEBING
Adapun jenis-jenis peralatan yang biasa digunakan untuk panjat tebing adalah :
- Tali (Karn Mantel)
- Webbing
- Carabiner screw dan non screw
- Piton (pasak tebing)
- Ascender (alat untuk naik pada tali)
- Descender (alat untuk turun pada tali)
- Eterier (tangga tali)
- Chock friend
- Harness
- Hamer
- Hand drill
- Magnesium
- Sepatu dan helm
- Chock stopper
- Chock hexentrix
- dll

VII. SIMPUL-SIMPUL
Simpul-simpul dasar yang biasa digunakan pada panjat tebing adalah sebagai berikut :
- Simpul delapan (figure of eight knot)
- Simpul delapan ganda (double lub figure of eight knot)
- Simpul nelayan (fisherman knot)
- Simpul perusik
- Simpul pangkal (eliver hitch)
- Simpul pita
- Simpul bowline
- Simpul jangkar
- Simpul belay (Italian hitch)
- Simpul kupu-kupu
- dll

Tips Persiapan mendaki gunung

Bagi sebagian orang, mendaki gunung adalah kegiatan yang tidak berguna. Selain kedinginan dan kelelahan, risiko yang bakal dihadapi juga cukup besar. Banyak cerita para pendaki gunung yang tewas karena berbagai hal. Di antaranya jatuh ke jurang dan mati kedinginan.

Namun, bagi para petualang mendaki gunung menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan. Di sini, mereka bisa berjalan menusuri rimba, melewati jurang yang terjal, dan mendaki bukit. Dengan aktivitas ini pemandangan alam yang tergelar di jagad raya bisa dinikmati dengan puas.

Sebelum melakukan pendakian sejumlah persiapan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Perbekalan, perlengkapan, dan yang penting badan yang sehat.

Dan, untuk mendapatkan perlengkapan pendakian saat ini banyak toko yang khusus menjual itu. Tinggal pilih sesuai dompet, mau merek lokal atau asing.

Ada tas punggung besar (carril), kantong tidur (sleeping bag), topi gunung, dan sandal gunung.

Persiapan Pendakian
Bagi para petualang, mendaki gunung adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, dengan melakukan kegiatan ini, maka seseorang bisa menyaksikan keindahan alam yang luar biasa di puncak gunung. Belum lagi dengan pemandangan yang bisa ditemui di sepanjang jalur pendakian.

Namun mendaki gunung tetap memerlukan persiapan khusus, baik teknis maupun fisik. Sebab jika tidak, maka bisa jadi mendaki gunung akan menjadi kegiatan yang sangat tidak menyenangkan.Bahkan lebih dari itu, tanpa persiapan khusus, seorang pendaki bisa mengalami celaka.

Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:

1. Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter (Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut), atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
2. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
3. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
4. Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
5. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
6. Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.
7. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.

Kesiapan Mental

Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya. Untuk mengetahui keadaan mental seseorang dalam kondisi fit atau tidak memang tidak mudah. Tentunya yang lebih memahami keadaan mental ini adalah diri kita sendiri. Kesiapan mental secara pribadi akan sangat berpengaruh pada kondisi tim. Jika kesiapan mental tidak dalam kondisi fit alangkah baiknya jika tidak memaksakan diri.

Kesiapan Fisik

Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching /perenggangan (sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya). Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.

Beberapa perlengkapan atau bekal yang harus dibawa saat mendaki gunung adalah :
* Carriel atau tas besar untuk menampung seluruh perbekalan dan peralatan yang dibutuhkan
* Matras. Fungsinya adalah untuk alas duduk saat beristirahat sejenak.Matras juga bisa digunakan untuk pelapis di dalam carriel agar terlihat lebih rapi.
* Jas hujan. Alat ini sangat diperlukan terutama untuk mengantisipasi jika turun hujan saat pendakian. Sebab seringkali cuaca di gunung kurang bersahabat dan turun hujan yang cukup lebat.
* Tenda.Alat ini digunakan ketika para pendaki hendak beristirahat dalam waktu yang cukup lama. Tenda juga bisa melindungi para pendaki saat terjadi hujan atau angin kencang.
* Kantung tidur atau Sleeping bag.Alat ini berfungsi untuk menyelimuti saat tidur di gunung.Selain itu juga bisa digunakan sebagai alas tidur.
* Alat penerangan, seperti senter, lilin, batere cadangan, lampu badai. Dengan adanya alat penerangan yang memadai, maka kegiatan mendaki di malam hari bisa berjalan dengan lancar.
* Topi, sarung tangan, kaos kaki tebal, sepatu khusus. Sepatu khusus ini diperlukan karena medan di pegunungan beda dengan medan di daerah yang datar sehingga memerlukan sepatu yang khusus.
* Pakaian hangat seperti jaket, kaus lengan panjang dan celana panjang kasual dengan bahan yang kuat dan nyaman pakai.
* Alat-alat P3K, suplemen makanan, makanan instan/kalengan, dan minuman mineral. Ketersediaan makanan yang cukup akan mampu memberikan energi yang cukup pula saat mendaki.
* Golok tebas, pisau lipat, dan teropong. Yang tidak kalah pentingnya adalah alat perekam (kamera atau handycam) untuk mendokumentasikan kegiatan selama pendakian

Kesiapan Administrasi

Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.

Kesiapan Ketrampilan dan Pengetahuan

Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC (emergency medical care) praktis.

Selasa, Juni 14, 2011

Jalur Pendakian Gunung Arjuno Via Lawang

Terdapat beberapa gunung di kawasan Gunung Welirang-Arjuna diantaranya : Gn. Arjuna (3339 mdpl), Gn. Welirang (3156 mdpl), Gn. Kembar I (3051 mdpl), Gn. Kembar II (3126 mdpl), Gn. Ringgit (2477 mdpl).
Gn. Arjuna-Welirang dapat didaki dan berbagai arah; arah Utara (Tretes), dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).

Bila kita menginginkan mendaki dari kota Lawang, dari arah Surabaya kita naik bus jurusan Malang dan turun di Lawang (kira-kira 76 Km) dan bila dari Malang, dari Terminal Arjosari kita naik bus menuju Lawang dengan jarak 18 Km.
Dari Pasar Lawang kita mencarter kendaraan bak terbuka (angkutan desa) menuju desa Wonorejo (Kebun Teh Wonosari) sejauh 13 km, atau bisa juga dengan menggunakan ojeg. Pendakian ke puncak dimulai dari desa Wonorejo ini menuju ke Perkebunan Teh desa Wonosari sejauh 3 km.
Di sini kita melapor pada petugas PHPA dan juga meminta ijin pendakian, persediaan air kita persiapkan juga di desa terakhir ini. Di sepanjang jalur hingga mencapai puncak kita tidak akan menemukan sumber air.
Dari desa Wonorejo terus berjalan dan melewati kebun teh Wonosari yang cukup landai, namun jalanan berdebu dan sering bertiup angin kencang. Sekitar 1 jam perjalanan selanjutnya kita akan sampai di kawasan hutan lamtoro dan pinus. Di kawasan hutan ini kita harus berjalan melintasi akar-akar pohon yang kadang kala cukup merepotkan.
Selama 1 jam setelah melintasi kawasan pepohonan, kita akan sampai di kawasan padang rumput. Jalur berupa tanah berdebu melintasi rumput dan alang-alang. Di depan mata kita dapat menyaksikan bentuk gunung Arjuna secara utuh. Di butuhkan waktu sekitar 30 menit untuk melintasi padang rumput yang sangat panas terutama di siang hari. Akhir dari padang rumput ini terdapat pondok-pondok yang sudah rusak namun masih dapat dimanfaatkan untuk berteduh maupun berlindung dari hempasan angin.
Suasana teduh dan sejuk akan kita nikmati saat kita melintasi hutan kecil yang cukup lebat, disini terdapat sebuah sungai , kita harus menyeberangi sungai ini dengan cara melompati batu-batuan, sungai ini sering kali kering di musim kemarau.
Kita kembali akan menapaki padang rumput yang sangat terjal menyusuri punggunan gunung. di beberapa puncak punggung bukit terdapat batu-batu besar yang menghalangi perjalanan, sehingga pendaki harus melewati sisi batu yang berhadapan dengan jurang yang sangat curam dan dalam. Selanjutnya kita kembali akan menyusuri punggung bukit yang banyak ditumbuhi pohon pinus.
Sekitar 3 jam kita akan sampai di Pos III disini terdapat sebuah pondok yang terbuat dari alang-alang. Pendaki dapat merebahkan badan beristirahat diatas tumpukan alang-alang. Pondok ini sangat membantu untuk beristirahat berlindung dari panas, hujan, kabut atau hempasan angin.
perjalanan dilanjutkan dengan melintasi kawasan padang rumput yang semakin menanjak, sesekali nampak elang jawa terbang mencari mangsa. Sekitar 2 jam perjalanan kita akan sampai di sebuah pondok yang dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan terpaan angin kencang.
Meninggalkan pondok kita akan memasuki kawasan hutan tropis yang cukup lebat, di sini banyak terdapat monyet hitam berekor panjang, udara sejuk dan pemandangan hutan yang sangat indah membuat kita memperlambat perjalanan untuk menikmati suasana hutan. Sekitar 30 menit kita akan meninggalkan kawasan hutan tropis.
Jalur beralih ke hutan pinus yang semakin terjal, jalur ini berupa tanah yang berdebu jika dimusim kemarau dan licin bila di musim hujan. Kadangkala jalur tertutup oleh semak-semak berbunga yang sangat indah.Di beberapa tempat kita akan berhadapan dengan batu-batu besar yang menghadang perjalanan. Sekitar 2 jam kemudian kita akan sampai di pertemuan jalur yang menyatu dengan jalur purwosari. Puncak gunung Arjuna sudah berada di depan mata.
Selanjutnya kita harus melintasi padang rumput yang sangat terjal yang banyak ditumbuhi bunga Edelweis. Jalan yang berdebu serta panas yang menyengat membuat perjalanan akhir ini terasa sangat berat. Puncak Gunung Arjuna tinggal 30 menit lagi namun kita harus mengerahkan seluruh sisa-sisa tenaga kita. Puncak gunung Arjuna disebut juga puncak Ogal-agil, di sekitar puncak ini banyak terdapat batu-batu besar yang berserakan.
Dari puncak gunung Arjuna ke arah timur kita dapat melihat gunung Semeru dengan sangat jelas, sementara itu ke arah utara kita lihat puncak gunung penanggungan yang menyerepui puncak gunung semeru. Kearah selatan tampak gunug Kawi dan gunung Anjasmoro terasa sangat dekat.

Pendakian Gunung Arjun dan Welirang

Gunung Arjuno (3.339 m dpl) adalah gunung api tua dan sudah tidak aktif, Sedangkan Gunung Welirang (3.156 m dpl), masih ada aktifitas yang ditunjukkan dengan adanya kawah belerang. Gunung Arjuno dan Gunung Welirang terletak pada satu gunung yang sama dan terletak dalam satu rangkaian dengan Gunung Anjasmoro dan Gunung Ringgit. Pada lembah-lembah diantaranya, terutama di lereng Gunung Arjuno dan Ringgit, terdapat puluhan peninggalan purbakala yang berserakan dan belum ditangani secara tuntas. Sebagian tertutup semak-belukar.

Penemuan besar terakhir terjadi pada Juni 1988, yang meliputi bangunan persajian, batu perdupaan, bangunan berundak, arca batu, wadah batu dan gua pertapaan, yang dikerjakan sekitar tahun 1400-an. Hal ini ditunjukkan dengan angka tahun 1364 Saka atau 1442 Masehi yang terpahatkan di balok batu Candi Laras atau Candi Gambir di ketinggian kurang lebih 1400 m.dpl. Coordinates: 7°45''53"S 112°35''26"E

gunung arjuno

Umumnya arca-arca yang tersebar di sekitar lereng hanya menggambarkan manusia biasa dan tidak mengikuti pedoman Ikonografi Hindu, dan tokoh-tokoh wayang tidak ditemukan di sini. Diperkirakan, peninggalan ini berasal dari jaman Majapahit, pada masa pemerintahan Prabu Sri Suhita (1429 - 1447),cucu dari Rajasanagara atau Bhre Hyang Wekasing Sukha Hayam Wuruk (1350 - 1389). Seni arsitekturnya memperlihatkan unsur lokal yang lebih dominan.

Puncak

Diduga, ada 2 alasan mengapa kompleks bangunan itu dibuat di pegunungan tinggi. Alasan pertama, karena berkaitan dengan kepercayaaan masyarakat setempat, dan kedua, karena terpengaruh konsep ajaran Hindu perihal persemayaman dewa-dewa di puncak gunung. Sejauh ini sudah didata 20 bangunan purbakala, tidak termasuk puluhan arca. Beberapa candi yang terkenal ialah Candi Indrokilo, Candi Manggung, Candi Sepilar dan Candi Lepek.
Jalur Pendakian

Gunung Arjuno, dapat didaki dari beberapa arah, yaitu arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang, dari arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).
Jalur Tretes-Welirang

Dari Surabaya kita naik bis jurusan Malang atau sebaliknya, turun di Pandaan dan ganti minibus ke jurusan Tretes. Tretes (860 m.dpl) รข€˜merupakan Tempat Wisata dan Hutan Wisata. Di situ juga terdapat dua air terjun yang indah, yaitu air terjun Kakek Bodo. Di Tretes banyak tersedia hotel maupun losmen, hawanya sejuk dan merupakan tempat peristirahatan yang nyaman.

welirang

Setelah mendaftar di Pos PHPA Tretes, yang terletak dibelakang Hotel Surya, kita dapat langsung mendaki Gunung Welirang dan juga Gunung Arjuno. Kita dapat menjumpai sungai kecil dipertengahan antara Tretes dan Pondok Welirang (terdapat Shelter). Setelah berjalan sekitar 4 - 5 jam ke arah barat daya dari Tretes, melewati hutan tropika Lali Jiwo, kita dapat berhenti dan bermalam di Pondok Welirang. Di tempat istirahat para penambang biji belerang ini, kita dapat mengambil air dan memasak atau mandi, karena air cukup melimpah. Hampir setiap hari sekitar 20 - 30 orang buruh mencari dan membawa batu belerang ke Tretes, yang merupakan pemandangan unik.

Besok paginya kita dapat mulai mendaki, dan kira-kira 45 menit perjalanan kita jumpai jalan bercabang, kekiri ke arah Gunung Arjuno, atau lurus langsung kearah ke puncak Gunung Welirang. Dari pondok sampai ke puncak Gunung Welirang ini kita melewati hutan Cemara dan kita akan kita akan sampai di puncak G. Welirang setelah perjalanan 3 - 4 jam. Jalur pendakian dari Tretes sampai Gunung Welirang merupakan jalan berbatu yang tertata rapi , tetapi merupakan siksaan tersendiri untuk perjalanan turun.

Dari Puncak Gunung Welirang, yang ditandai dengan batu besar, kita bisa menyaksikan pemandangan menarik kearah Selekta, Tretes dan kaki-kaki langit di Selat Madura. Di bawah puncak Gunung Welirang ada dua kawah berwarna kekuningan yang menyemburkan gas beler\nang; Kawah Jero yang besar dan lebih dalam dan Kawah Plupuh. Bijih belerang di Kawah Jero inilah yang ditambang secara tradisional. Bila kemalaman kita bisa berteduh di gua-gua disekitar Puncak. Bagi yang tidak tahan aroma belerang sebaiknya tidak berlama-lama berada disekitar Puncak dan kawah, karena akan menyebabkan pening. Perlu waktu 3 - 4 jam untuk turun ke Tretes dari Puncak G. Welirang.

camp welirang

Bila kita akan melanjutkan perjalanan menuju Gunung Arjuno, dari Puncak Gunung Welirang kita berjalan turun ke arah Selatan, dan melalui hutan cemara dengan melewati satu jurang dan lembah Gunung Kembar I dan Gunung Kembar II, dimana kita dapat jumpai beberapa lubang sumur (luweng) didekat jalur, yang sering digunakan untuk menjebak Rusa. Selanjutnya kita akan melalui Sawahan Bakal (2.626 m.dpl), berupa padang rumput dimana sering dijumpai Rusa dan Kijang.

Setelah berjalan 5 - 6 jam, kita akan sampai di puncak tempat yang dinamakan Pasar Dieng, yang ketinggiannya hampir sama dengan puncak Gunung Arjuno, dimana terdapat batu-batu yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Perlu 30 menit perjalanan melewati satu puncak lagi, sebelum kita sampai di Puncak G. Arjuno yang ditandai dengan batu-batu besar.

Puncak Gunung Arjuno anginnya sangat kencang dan suhunya antara 5 - 10 derajat. Di sini kita dapat menikmati panorama yang sangat indah terutama bila malam hari, kita dapat melihat ke bawah kota-kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Pasuruan, serta Laut Jawa dengan kerlipan lampu-lampu kapal, juga Puncak Gunung Semeru dan semburan asapnya. Puncak Gunung Arjuno disebut juga dengan "Puncak Ogal-agil". Setelah berkemah di puncak, besok paginya kita dapat turun ke kota Lawang ke arah Timur dengan melewati hutan cemara, hutan tropis dan perdu, setelah itu kita akan melewati Perkebunan Teh Wonosari bagian Utara. Turun ke arah Lawang lebih dekat dan menyingkat waktu, daripada kembali ke arah Gunung Welirang/Tretes. Perjalanan turun ke arah Lawang kurang lebih 6 jam.
Jalur Timur, Lawang

Mendaki Gunung Arjuno dari kota Lawang merupakan awal pendakian yang praktis karena kota Lawang mudah sekali kita tempuh baik dari arah Surabaya maupun Malang, selain itu Puncak Gunung Arjuno dapat langsung kita capai dari arah ini.

Dari arah Surabaya kita naik bis jurusan Malang dan turun di Lawang (76 km). Bila kita dari Malang, maka kita naik dari Terminal Arjosari dengan menggunakan bis atau minibis menuju Lawang, jaraknya 18 km. Dari Lawang kita naik kendaraan umum (angkutan pedesaan) menuju desa Wonorejo sejauh 13 km. Pendakian ke puncak, dimulai dari desa ini menuju ke Perkebunan Teh Wonosari sejauh 3 km. Di sini kita melapor pada petugas PHPA dan juga meminta ijin pendakian, persediaan air kita persiapkan juga di desa terakhir ini.

Dari desa Wonosari terus berjalan dan melewati Perkebunan Teh Wonosari serta terus naik selama 3 - 4 jam perjalanan kita akan sampai di Oro-Oro Ombo yang merupakan tempat berkemah. Dari Oro-oro Ombo menuju ke puncak dibutuhkan waktu 6 - 7 jam perjalanan dengan melewati hutan lebat yang disebut Hutan Lali Jiwo. Dari sini kita akan melalui padang rumput yang jalannya menanjak dan curam sekali. Mendekati puncak, kita akan berjalan melewati batu-batu yang sangat banyak dan menyerupai taman yang sangat indah, setelah itu kita akan mencapai puncak Arjuno.
Dari arah Barat, Sumber Brantas-Batu

arjunoJalur pendakian dari arah Batu, yang terletak di sebelah barat Gunung Welirang, juga merupakan jalur yang menarik dan menyenangkan. Kota Batu, keadaannya tidak berbeda jauh dengan Tretes, merupakan kota wisata memiliki panorma yang menarik, dengan berbagai fasilitasnya. Batu, disebut juga Kota Apel, dan mendapat julukan Swiss-nya Jawa, terletak dilembah Gunung Panderman dan lereng Gunung Arjuno, memiliki kawasan wisata dengan sumber air hangat di Songgoriti. Untuk menuju Batu dari arah Kediri atau Malang kita dapat naik bis/colt, selanjutnya dilanjutkan dengan minibus dari Batu menuju Desa Sumber Brantas lewat Selecta.

Kita bisa berhenti di Selecta, yang juga merupakan kawasan wisata yang ternama, terletak pada ketinggian 1.200 m.dpl, hawanya sejuk dan tersedia sarana wisata yang menyenangkan, kolam renang dan taman bunga, juga pasar buah dan sayur segar. Di Selecta, banyak tersedia hotel maupun losmen dimana kita dapat bermalam. Fasilitas telpun terakhir ada di Selecta ini.

Di Desa Sumber Brantas (1.600 mdpl) terdapat mata air yang merupakan sumber dari Sungai Brantas yang mengalir ratusan kilometer, yang merupakan darah bagi lahan pertanian di Jawa Timur. Di mata air ini kita harus menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan ke puncak dan kembalinya. Dari Sumber Brantas, mengikuti jalan aspal kearah Pacet -Mojokerto sejauh 8 km, kita akan sampai di Cangar yang merupakan kawasan Taman Hutan Rakyat Suryo yang sedang dikembangkan fasilitasnya, untuk menikmati mandi air panas alami dari kaki Gunung Welirang.

Di Desa Sumber Brantas kendaraan umum biasanya menurunkan kita di Pos KSDA, tetapi kita bisa minta turun (dengan perjanjian) di ujung desa. Sebelum pendakian, kita harus mendaftar kepada Petugas KSDA. Dari ujung desa, kita memulai pendakian selama 2 jam, dengan melewati jalan berbatu yang menanjak dan ladang sayuran ke arah Timur Laut, sampai ke tepi Hutan Lali Jiwo sebelah barat. Dalam perjalanan ini, samar-samar akan terlihat puncak Arjuno. Untuk menyingkat waktu, kita bisa juga menyewa Jeep di desa Sumber Brantas ini, untuk mengantarkan kita sampai akhir kebun sayur di tepi hutan.

Setelah pendakian 4 jam lagi melintasi hutan tropika yang lebat Lali Jiwo, kita akan sampai di punggungan gunung yang menghubungkan puncak Gunung Welirang dan Gunung Arjuno, tepatnya sebelah Tenggara Gunung Kembar I. Disini terdapat persimpangan, kearah kiri untuk menuju puncak Gunung Welirang selama 2-3 jam dan ke arah kanan menuju Gunung Arjuno selama 4 - 5 jam.

Perjalanan mendekati Puncak Gunung Welirang dilereng sebelah barat, kita akan dapat menyaksikan padang Bunga Edelweis dan Mentigi yang berdaun kemerah-merahan, pemandangan yang menarik in tak akan dijumpai di jalur lain. Di sepanjang perjalanan kita akan sering menjumpai Rusa, Kijang, Tupai Terbang , Lutung juga Burung-burung yang terlihat jinak.

Gunung Arjuno

Gunung Arjuno atau Gunung Arjuna, terletak di Malang, Jawa Timur, bertipe Strato dengan ketinggian 3.339 m dpl dan berada di bawah Pengelolaan Tahura Raden Soeryo. Biasanya gunung ini dicapai dari tiga titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari Lawang, Tretes dan Batu.

Gunung Arjuno bersebelahan dengan Gunung Welirang. Puncak Gunung Arjuno terletak pada satu punggungan yang sama dengan puncak gunung Welirang. Selain dari dua tempat diatas Gunung Arjuno dapat didaki dari berbagai arah yang lain. Gunung yang terletak di sebelah barat Batu, Malang - Jawa Timur ini juga merupakan salah satu tujuan pendakian. Disamping tingginya yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, di gunung ini terdapat beberapa objek wisata. Salah satunya adalah objek wisata air terjun Kakek Bodo yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Arjuna. Meskipun selain objek wisata air terjun Kakek Bodo terdapat pula air terjun lain, tetapi para wisatawan jarang yang mendatangi air terjun lainnya, mungkin karena letak dan sarana wisatanya kurang mendukung.

Gunung Arjuno dapat didaki dan berbagai arah, arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang,dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta), dan arah selatan (Karangploso), juga dari kecamatan Singosari melalui desa Sumberawan. Desa Sumberawan adalah desa pusat kerajinan tangan di kecamatan Singosari, Malang dan merupakan desa terakhir untuk mempersiapkan diri sebelum memulai pendakian.