Jam setengah dua belas akhirnya semua selesai. Kami ringkasi semua peralatan. Santai saja. Esok pagi juga bersih. Sampah-sampah akan dilenyapkan tangan-tangan
terampil RM. Tak usah kuatir. Kami bertiga segera menuju Hotel. Hari ini kami bertiga
nginep disatu kamar. Homo-homo deh
sana. Hehehe…
Langit Mojokerto malam ini tak lagi bersahabat dengan kami. Hujan terus turun walau rintik-rintik. Udara dingin menyekat, merasuki tulang kami. Tak berapa lama kami sampai di hotel. Kamar kami pindah. Dari kamar nomor empat ganti ke nomor lima. Nomor empat ditempati Mbak Sisil.
Rian pertama mandi. Dia ingin berendam laiknya aku kemarin malam. Mas Roni mandi seperlunya dan langsung tidur. Aku, memencet tombol” remot Astro. Dasar udik.
Kami segera tenggelam dalam belaian lembut kasur hotel. Tak selembut kemarin emang. Kemarin aku sendirian. Sekarang, harus bertiga. Dengan batangan semua lagi. Huuhhh…
Jam setengah enam aku bangun. Makanan hotel sudah diantarkan. Mas Roni dan Rian masih bergumul dengan mimpi”. Kalau Rian pasti tentang wanita” cantik laiknya Mulan Jameela yang mengelilingi sambil berjoged tampa sehelai benangpun ditubuh. Entah Mas Roni. Pasti lebih beradap tentunya.
Aku sudah berendam sedari tadi. Tapi mereka tak bangun jua. Setengah tujuh aku bangunkan mereka. Tak kurang. Buku-buku kelopak matanya mulai terbuka lebar. Rasanya mereka malas beranjak dari kasur empuk itu. Dasar udik dua dan tiga. Udik satu, akulah orangnya. Kenapa udik satu, karena akulah yang paling udik.
Kami segera berkemas. Mbak Sisil sudah rapi dengan jilbab indahnya. Hari ini dia tampak berseri-seri, tak seperti semalam. Entah kenapa aku tak tahu. Mimpi jatuh cinta sama pangeran udik mungkin. Hehehe… Dan pangeran itu adalah si udik satu. Hahaha…
Tak berapa lama Mas Hendry datang menjemput Mbak Sisil. Dari pada naik matic bersama Rian, mending naik Peugeot-nya Mas Hendry. Akhirnya aku naik sedan Mas Hendry. Duduk dibelakang. Ditemani tas dan helm. Sebenarnya tak pantas aku duduk dibelakang, harusnya di bagasi. Begitu pasti pikir Rian. Asem tenan.
Kami sampai di tempat dengan selamat. Rian dan Mas Roni datang duluan. Mereka ngebut kencang sekali. Entah dikejar anjing atau apa. Tapi yang pasti si Rian di kejar-kejar Mak Lampir yang diintipnya waktu mandi di mimpinya semalam.
Peserta training mulai berdantangan. Training harusnya mulai jam delapan pagi. Sekarang jam delapan lebih seperempat. Dan baru setengah yang hadir. Ada beberapa pegawai yang cantik. Tapi kami tak berani kenalan. Dasar kutu kupret, beraninya cuma dari jauh.
Jam sembilan acara training dimulai. Kami bertiga ngobrol di RM sambil minum kopi susu panas dan menghisap dalam” Dji Sam Soe Premium yang kami beli di RM. Semua di tanggung Danamon. Hehehe…
Jam menunjuk pukul sepuluh. Mas Roni harus ke Ploso, Jombang. Untuk implementasi di cabang tersebut. Semacam kelinci percobaan kiraku.
Kemarin aku sudah janji kesaudaraku untuk pergi kerumahnya di Mojosari. Dia kemarin datang, tapi aku sedang bekerja. Tak enak sebenarnya. Makanya aku harus kesana. Rian, akan tidur seperti biasa.
Sekitar setengah jam saja aku sampai di Mojosari. Ditengah jalan temenku dari madiun menelpon menanyakan kabar. Kujawab seadanya.
Aku tunggu dia diaerah Stadion. Aku lupa nama stadionya. Memory di otaku tak lebih dari satu mega. Padahal memory orang lain tak terbatas. Hehehe…
Tak berapa lama dia datang sendirian. Aku langsung mengekor dibelakangnya. Menuju rumahnya tentu, masak kandang ayam. Rumahnya cukup dekat dengan stadion. Sekitar setengah kilo.
Kami ngobrol ngalor-ngidul tak keruan. Tapi asyik. Kemarin kami tak sempat ngobrol lama. Jam empat sore aku pamit. Tak enak aku tinggalin si Rian merana seorang diri. Halah…
Aku balik tak lewat jalan berangkatku tadi. Ingiku lewat jalur kampong” permai di seputaran Mojokerto. Sepi tak terkira. Tapi asyik. Naik motor sambil bernyanyi. Laiknya orang gila.
Hampir satu jam aku tempuh jalanan itu. Padahal berangkatnyapun cuma setengah jam. Tapi tak apa aku menikmati perjalan ini. Sering kali aku begitu. Sebisa mungkin lewat jalan yang berbeda jika ke suatu daerah. Melewati jalan baru, melewati pemandangan baru dan tentunya tantangan baru.
Sesampai disana tak kulihat Rian di tempat training. Ku pastikan dia tertidur di lesehan RM yang sepi. Ah kekuatan tidurnya luar biasa. Good job boy!! Training kelihatanya akan sampai malam. Aku malas tak kepalang melihat mereka. Apalagi mereka. Ada yang main game, ada yang menulis di buku tapi tak memperhatikan dan ada yang ngobrol dengan yang lain tak keruan. Mas Hendry masih tetap tenang walau makin sedikit yang memperhatikan. Akupun hanya sekilas melihatnya. Dan segera tenggalam di hutan nikotin dan kafein di RM.
Semua berkumpul di RM untuk makan malam. Ini makan kedua perserta setelah tadi makan siang. Aku tak berselera makan malam ini. Entah entar. Aku hanya mengambil buah-buahan dan es saja. Tak ada nafsu menggejolak seperti biasanya. Entah mengapa. Kelelahan mungkin. Sekitar jam delapan acara selesai. Aku segera ke Hotel bersama Rian. Kami akan keliling kota Mojokerto malam ini.