Sebuah contoh kecil waktu kecilku. Ketika teman” main dengan layang” dan benang gelasan yang di beli dari toko, dengan penuh keterbatasan aku mampu membuat benang gelasan produk sendiri, kaca yang ditumbuk halus, dicampur getah pohon mangga dan juga putih telur. Layang” pun serupa. Dari kertas bekas, bambu yang diambil dari belakang rumah dan juga lem dari tepung kanji yang digodog. Hasilnya pun sangat memuaskan. Layang” dan benang ‘made in’ ku beberapa kali menang. Dan sangat tahan lama. Begitupun smp. Ketika teman-temanku menggunakan motor dan kadang diantar orang tuanya pergi sekolah. Sedang aku harus mengayuh sepeda, itupun berbocengan dengan teman sekampung. Panas dan tentunya peluh membasah. Tapi prestasiku di sekolah cukup ‘lumayan’.
Serupa rakyat negeri ini. Ketika krisis ataupun dalam keterbatasan justru keluar para pemenang”. Siapa yang tak kenal Edam Burger. Dengan I Made Bagiana sebagai motornya, yang justru mengalami peningkatan omset yang luar biasa setelah negara mengalami krisis moneter. Dia mengakomodir keinginan orang makan burger dengan harga yang terjangkau. Sebelum krisis siapa yang kenal dengan dia. Atau Tung Desem Waringin. Ditengah bangsa yang krisis, baik ekonomi, moral ataupun mental, dia keluar sebagai motivator nomor wahid. Ketika rakyat Indonesia semakin depresi, semakin stres semakin dibutuhkan orang seperti dia. Dia berubah dari seorang karyawan BCA menjadi seorang motivator ulung justru karena dia dihadapkan dengan kenyataan, ketika gajinya yang ‘lumayan’ tak mampu membayar barang sehari perawatan ayahnya di sebuah rumah sakit Singapura.
Sering kali para pemenang lahir justru ketika dia mengalami peristiwa yang sangat berat. Seringkali karena keterbatasan, lahirlah manusia” ‘super’ yang seringkali menjadi inspirasi. Dan hal itu jamak terjadi di sini. Di negeri ini. Layaknya Pasta Gigi, kalo nggak di pencet nggak akan keluar.
* Tulisan ini sebenarnya untuk memotivasi aku, karena sekarang begitulah keadaanku. Semoga aku juga bisa menjadi pemenang bagi hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar